SINOPSIS :
Adalah Hendro (Cliff Sangra), yang baru saja naik jabatan
menjadi seorang direktur. Hendro sangat bahagia dengan kenaikan pangkatnya ini
begitu juga dengan istrinya Kartika (S[[[]uzanna) dan dua orang anaknya.
Memiliki sebuah rumah mewah dan merencanakan liburan bersama ke luar negeri.
Tapi ternyata, kebahagiaan Hendro dan keluarga tidak membuat rekan kantornya
ikut merasakan kebahagiaan. Iri dan dengki muncul dalam benak Burhan (Piet
Pagau) karena malahan Hendro yang naik jabatan bukan dirinya. Hendro
dianggap tidak pantas menduduki posisi itu yang kedudukannya adalah Junior si
Burhan. Demi tercapainya ambisi merebut jabatan Direktur yang kini dipegang
Hendro, membunuh Hendro adalah cara yang diambil Burhan untuk menggapai
ambisinya itu.
Diutuslah Teddy (Yongki DP) dan kawan-kawan untuk menghabisi
Hendro dengan syarat hanya Hendro bukan seluruh keluarganya. Malam itu, malam
setelah pengangkatan Hendro menjadi direktur, Teddy memasuki rumah Hendro
berkedok perampok dan membunuh Hendro, tapi ternyata bukan hanya Hendro
melainkan juga Kartika, anak-anaknya dan juga para pembantunya. Kartika pun
jadi hantu yang penuh dengan dendam kesumat dan melakukan perjanjian keramat
dengan setan/iblis. Dari perjanjian dengan setan itu, Hantu Kartika pun gentayangan
dan mulai mencari semua pembunuh suami dan anak-anaknya. Satu persatu pembunuh
Hendro dan keluarga keluarga tewas secara mengenaskan. Burhan yang mengetahui
hal ini, meminta bantuan Fitria (Elly Ermawati) untuk menenangkan arwah Kartika
yang marah.
Seperti janji gw di artikrl sebelumnya, satu bulan kedepan
ini gw akan khusus mereview film-film horror yang dibintangi oleh Suzzana dan
Perjanjian di Malam Keramat adalah film beliau yang pertama yang akan gw
review. Gw lupa kapan terakhir kali gw nonton film ini. Sama seperti di
film-film horror suzanna lainnya, Perjanjian di Malam Keramat menghadirkan
suasana horror yang kental ketika gw nonton pertama kalinya. Adegan memakan
bakso dari kepala pembunuh keluarga kartika, si penjual bakso dengan wajah mengerikan
yang memakai kaos bertuliskan Bakso Surga (kalau ga salah), atau adegan dimana
salah satu pembunuh keluarga Kartika yang sedang angkat barbell tulang-tulang
lengannya keluar setelah ditahan hantu kartika dan berubah menjadi tangan
kepiting. Masih banyak sih adegan-adegan super hilarious di film ini tapi Cuma
tiga adegan itu saja yang membekas di otak saya…oh satu lagi, karakter dukun
mesum di film ini…wkwkwk konyol dengan dialog-dialog super konyolnya.
Sisworo Gautama Putra adalah dalang dari film ini. Sutradara
kelahiran Sumatera Utara menyajikan banyak adegan-adegan hilarious. FYI,
sutradara ini kerap kali bekerjasama dengan Suzanna seperti film Sundel Bolong,
Malam Satu Suro, Malam Jumat Kliwon. Sisworo di filmnya ini tidak lagi
menampilkan suzanna dalam balutan gaun putih panjang dalam film Sundel Bolong
atau Malam Satu Suro tetapi sosok hantu Kartika yang kocak dengan balutan
pakaian merah muda ala Jasmine dalam film Aladdin plus dengan senjata cakar
seperti Freddy Krueger.
Perjanjian di Malam Keramat jika dilihat dari struktur
cerita tidaklah jauh berbeda dengan film-film Sisworo Gautama Putra sebelumnya.
Awalnya kita akan dikenalkan dengan keluarga yang harmonis yang tiba-tiba
mendapatkan malapetaka dibunuh sekelompok perampok. Kemudian salah satu dari
mereka menjadi marah, gentayangan dan mulai membantai satu persatu pembunuhnya.
Format yang sama sekali tidak berbeda di film-film horror tahun 80-an. Kalau
dijabarkan dengan satu kalimat, cerita seperti bisa dijelaskan seperti ini …
Keluarga Bahagia-dibunuh-gentayangan-membunuh-kyai baca ayat kursi-tamat.
Sangat singkat dan dilebih-lebihkan. Film ini juga terlampau jauh menjiplak
film Nightmare on The Elm Street terlihat dari sosok hantu Kartika dengan cakar
di tangannya yang sangat-sangat mirip dengan Freddy Krueger dan Hantu Kartika
pun gelagatnya hampir mirip dengan Freddy Krueger…kocak, lucu, menjengkelka
tapi tak segan buat ngebunuh. Beberapa adegan kematiannya pun sepertinya
menjiplak beberapa adegan kematian di Nightmare on the Elm Street, kalau ga
salah sih seri yang keempat.
Jangan lupakan dialog-dialog super kaku di film ini akting
para pemainnya yang pas-pasan. Yang menarik disini justru penampilan sang Ratu
Horror Indonesia, Suzanna. Dia tampil cukup meyakinkan disini. Memerankan sosok
hantu kartika penuh dendam tapi justru tampil sangat kocak dan menyeramkan dan
imagenya di film sundel bolong justru tidak kelihatan disini. Inilah yang aku
suka dari Suzzana, dia bisa berperan sebagai apa saja dan berani berakting apa
saja. Contoh saja ketika dia berperan sebagai Nyi Blorong, dia tidak merasa
ketakutan dengan ular yang ada di kepalanya dan juga saat bermain di film Ratu
Sakti Calonarang, Suzzana berperan menjadi 2 karakter yang tabiatnya sangat
berbeda, sebagai Calon Arang dengan sifat jahat dan penuh kata-kata kotor serta
sebagai Mangali dengan watak yang lembut dan baik. Dan Suzzana mampu memerankan
dua karakter itu dengan baik. Suzzana sepertinya tidak pernah menganggap remeh
sebuah karakter yang dia mainkan, dia berusaha untuk berperan secara maksimal
dan dia mampu melakukan itu.
Perjanjian di Malam Keramat kalau dilihat dari sisi teknis
bukanlah sebuah film yang baik. Banyak keburukan di film ini yang kalau
dijabarkan akan membuat capek sendiri. Perjanjian di Malam Keramat jugalah
bukan film terbaik dari Sisworo Gautama Putra setidaknya belum bisa mengalahkan
Pengabdi Setan, Sundel Bolong dan Malam Satu Suro yang merupakan 3 film
terbaiknya. Meski dengan bejibun kelemahan yang ada di film ini, Perjanjian di
malam Keramat masih layak untuk ditonton dan menghibur… Setidaknya lebih
menghibur dari film Pocong Mandi Goyang Pinggul atau film-film berjudul najis
lainnya. Film ini cupu tapi oke…
0 komentar :
Posting Komentar