Kamis, 07 Maret 2013

3 AM 3D (ready stock)

Print


SINOPSIS :



Email
Adegan di omnibus "3 AM". (dok.ist.)
"Horror Thailand itu tidak 3D saja sudah menyeramkan, gimana kalau 3D?”
Kalimat ini terucap dari mulut seorang kawan beberapa menit sebelum menonton 3 AM. Saya setuju.
Harus saya akui, ketika menonton 4bia, Phobia 2, Alone, sampai Coming Soon di bioskop, saya stres setengah mati. Selain sineasnya pandai membangun mood seram , kemiripan budaya mistis Thailand dengan Indonesia menambah tingkat ketegangan.
Ini bukan kali pertama horor Thailand bergentayangan dalam format 3D. Sebelumnya ada Dark Flight, yang rilis tahun 2012. Namun bagi saya, ini pengalaman pertama menonton horor Thailand 3D.
Seperti halnya 4bia, 3 AM merupakan omnibus. Ada tiga cerita berbeda dengan tingkat ketegangan nyaris sama.

Film dibuka dengan “The Wig”. Berkisah tentang keluarga pembuat wig. Mint (Apinya Sakuljaroensuk) dan May (Focus Jirakul), dua gadis muda bersaudara menjaga toko rambut palsu saat orangtua mereka ke luar negeri. Mint dan May digambarkan tidak akur. Hal-hal kecil bisa jadi masalah besar. Masalah sebenarnya baru dimulai ketika May membeli rambut yang ternyata diambil tanpa izin dari mayat perempuan. Arwahnya pun meneror mereka.
Cerita kedua berjudul "The Corpse Bride". Seorang pemuda bernama Tos (Toni Rakkaen) ditugaskan menjaga mayat Mike dan Cherry, pasangan kekasih yang tewas dalam kecelakaan menjelang pernikahan mereka. Orangtua kedua mendiang menganggap anak-anaknya masih hidup, karena itu Tos disuruh melayani mereka layaknya manusia hidup. Konflik dimulai setelah Tos jatuh cinta pada Cherry, si mayat perempuan.
"The Overtime" hadir sebagai penutup. Menyorot kehidupan pekerja kantoran. Sesuai judulnya, yang berarti lembur, segmen ini menampilkan seramnya suasana kantor di malam hari. Karan (Ray MacDonald) dan Tee (Shahkrit Yamnarm), pemilik perusahaan, sering menakuti bawahannya yang berlama-lama di kantor sampai larut malam, tapi malah bermain facebook, semata mengejar upah lembur. Sampai kejadian aneh membuat mereka berpikir ini ulah mereka sendiri atau memang ada makhluk lain.

Meski sama-sama horor, ada perbedaan yang cukup terasa di setiap segmen. Dalam "The Wig", unsur drama terasa kental. Konflik Mint dan May, dua bersaudara yang tidak akur, terlihat meyakinkan. Emosi naik turun dari saling benci, hingga terpaksa bersatu saat diteror hantu, dibawakan dengan apik.
Suasana rumah yang dipenuhi dengan kepala manekin terbalut rambut palsu juga membantu memperkental nuansa horor. Sutradara Patchanon Thammajira tak lupa menjelaskan, May membuat rambut palsu untuk dijual pada pasien kanker yang mengalami kerontokan rambut.
Segmen kedua, "The Corpse Bride", mungkin mengundang pertanyaan. Kok, ada ya pemuda yang mau menjaga mayat di tempat terpencil? Namun di awal cerita, sutradara Kirati Nakintanon menjelaskan bahwa Tos, pemuda ini mendapat uang lebih dibandingkan enam bulan ia bekerja sebagai perawat. Percintaan dengan mayat perempuan tergambar dengan mesra sekaligus mistis. Plus fakta tak terduga di akhir cerita.
Sebagai penutup, "The Overtime" hadir dengan balutan komedi yang kuat. Konsep ini pernah dipakai oleh Phobia 2. Setelah di dua segmen cerita horornya serius, segmen terakhir Anda diberi kesempatan buat "bernafas". Tak sekadar mengocok perut lho, sutradara Isara Nadee sukses membuat penonton bingung mana yang kejadian sungguhan atau rekayasa, mana yang setan sungguhan mana yang bukan. Cerdas. Suka banget, deh, sama twist segmen terakhir ini.
Eh, lalu bagaimana dengan efek 3D-nya? Cukup baik. Hanya saja beberapa adegan jadi terkesan dipanjang-panjangkan demi menunjukkan keindahan teknologi 3D ini. Dengan atau tanpa 3D, ketegangan 3 AM tetap membuat penonton ‘stres’ di dalam bioskop.



0 komentar :

Posting Komentar

Translate

5. Simpan widget dan preview Blog Anda
blogger. Diberdayakan oleh Blogger.

Template by:
Free Blog Templates