Kamis, 30 Agustus 2012

READY STOCK


MONSTER IN PARIS



Bersetting kota Paris tahun 1910 yang tengah dilanda banjir akibat sungai Seine meluap, kita akan diperkenalkan pada sosok Emile dan Raoul, sepasang sahabat yang tanpa sengaja menciptakan monster akibat percampuran cairan kimia. Tak ayal jika kehadiran monster kutu tersebut membuat seisi kota menjadi gempar.
Dilain pihak, kita juga diperkenalkan pada sosok Lucille, seorang biduan bersuara merdu, yang sadar bahwa monster tersebut tidaklah jahat. Bahkan, menurut Lucille, sosok monster yang dia beri nama Francoeur itu terlalu rapuh dan pantas dilindungi.
Lalu, apa yang terjadi jika Maynott, kepala kepolisian berhati tiran, berusaha keras membunuh monster kutu itu demi mencari simpati masyarakat?
Meski tema yang diangkat begitu sederhana dan repetisi dari animasi lain, film arahan Bibo Bergeron, yang dikenal lewat SHARK TALE, tetap memiliki cita rasa tersendiri. Sayangnya, ketika membahas soal jalan cerita dan cara Bergeron menyutradarai, A MONSTER IN PARIS akan memunculkan beberapa kelemahan yang cukup mengganggu.
Sebenarnya dengan durasi beberapa menit film ini bisa saja selesai. Namun, naskah memilih untuk memperpanjang durasi dengan sempalan plot tak penting dan adanya hal krusial yang bisa menopang.
Hingga kemudian, didukung oleh penyajian cerita terlalu kaku, A MONSTER IN PARIS gagal menarik minat penonton bahkan sejak awal durasi. Adegan yang ditampilkan kurang begitu mengena, pun dengan dialog dan komedi yang teramat kering, membuat kantuk datang tanpa diminta.
Padahal melihat pesan yang diemban 'untuk melihat segala hal dari hati, bukan penampilan' di paruh kedua, film ini harusnya bisa tampil lebih menarik. Sayangnya paruh awal, dengan ritme terlalu bertele untuk mencapai suatu titik temu, penonton akan dibuat tidak peduli dengan nasib para karakter kemudian.
At least, film yang memiliki judul asli UN MONSTRE A PARIS ini bukanlah animasi Prancis yang buruk. Namun sulit untuk membuat kita jatuh cinta meski gambar yang tersaji begitu cantik, meski scoring yang digunakan Matthieu Chedid begitu menawan.
Tanpa disangka selanjutnya, kita akan meninggalkan bangku bioskop dan lupa apa yang sudah ditonton.
LIHAT THRAILER :





Kalau dulu, menjadi seorang pendekar sakti hanyalah sebuah impian, kini Po (Jack Black) benar-benar menjadi seorang pendekar. Sayangnya, terwujudnya impian ini juga membawa konsekuensi bagi Po. Ia tak boleh bermalas-malasan. Ia harus berlatih keras. Dan yang lebih penting lagi, Po harus bisa melindungi rakyat kecil yang tertindas. Tapi benarkah menjadi pahlawan pelindung rakyat kecil seperti itu hanya bisa dicapai dengan belajar Kung Fu?


LIHAT TRAILER

0 komentar :

Posting Komentar

Translate

5. Simpan widget dan preview Blog Anda
blogger. Diberdayakan oleh Blogger.

Template by:
Free Blog Templates