Yes or No 2 mengisahkan tahun ketiga hubungan Pie dan Kim.
Keduanya kini sedang dalam masa akhir perkuliahan dan masing-masing harus
berpisah untuk menjalani kegiatan magang (internship); Kim harus bekerja di
sebuah daerah pertanian di provinsi Nan, Thailand utara, dan Pie harus magang
ke sebuah kawasan perikanan di Thailand selatan.
Di awal kisah, diceritakan Pie berat hati harus berpisah dari Kim. Tapi Kim
menyakinkan bahwa mereka masih bisa telepon atau sms dan saling kunjungi kalau
ada waktu. Sebelum berpisah, Kim menghadiahi Pie sebuah kalung berbentuk
kupu-kupu. Di dalam lipatan kalung itu, Kim menyelipkan segulung kecil tulisan
yang hanya boleh dibuka oleh Pie bilamana Pie tiba-tiba tak lagi cinta pada
Kim.
Di Nan, Kim bertemu dengan Yam, seorang gadis cantik dan seksi (diperani oleh
Apittha Kalay-Udom) yang—seperti Anda tebak—juga jatuh hati pada Kim,
dan—mungkin juga seperti Anda tebak—Kim tidak menampik cinta gadis ini. Yam
yang lucu, cerdas dan banyak bicara itu mewarnai hari-hari Kim, yang
kadang-kadang membuat Kim lupa memenuhi tuntutan Pie untuk meneleponnya setiap
pukul 8 malam.
Di lain pihak, di tempat magangnya, Pie ditaksir oleh seorang laki-laki peserta
magang bernama Maysa (diperani oleh Pempreda Sakulsiripong), yang sama sekali
tidak ditanggapi oleh Pie. Konflik mulai muncul manakala Kim mengunjungi Pie di
tempat magangnya. Kim mulai merasa Pie banyak menuntut, antara lain minta Kim
memanjangkan rambut. Kim kemudian balik ke Nan dan mulai jarang menelepon Kim.
Merasa sulit menghubungi Kim, Pie menyusul Kim ke Nan dan memergoki Kim
bermesraan dengan Yam. Pie melihat ini sebagai ancaman serius bagi cintanya
pada Kim, apalagi Pie tahu persis Kim juga memberi perhatian khusus pada Yam.
Kecewa, dan terbebani oleh perasaan ingin mematuhi keinginan ibunya, Pie
meninggalkan Kim.
Film ini disutradarai oleh Sarasawadee Wongsompetch, sutradara muda yang juga
adalah seorang lesbian. Tak diceritakan apakah para pemeran lesbian dalam film
itu adalah juga lesbian dalam kehidupan sehari-hari mereka. Yang jelas, film
yang ditulis oleh Lalanon ini adalah film Thailand pertama bertema hubungan
lesbian .
Sebelumnya, pada tahun 2007, ada film ‘
The
Love Of Siam’ yang bertema percintaan sesama lelaki. Bagaimana tanggapan
publik Thailand terhadap film ini, terutama terhadap adegan mesra Kim dan Pie
(beberapa kali adegan ciuman bibir)? Ternyata adem ayem, kecuali situs
‘filmbiz’ yang tak habis pikir kenapa film ini laris manis ditonton bahkan oleh
lelaki-perempuan normal di tengah budaya Thailand yang sebenarnya masih
konservatif dalam menyikapi fenomena seperti yang tergambar dalam film.
Boleh jadi, yang membuat film ini jadi menarik adalah kepiawaian penulis
skenario (ditulis oleh Nepali) yang berusaha menyajikan masalah tanpa menggurui
dan menyiratkan pesan bahwa fenomena ini bisa terjadi di masyarakat manapun,
dan kehandalan penata kamera (Ruengwit Ramasoota) yang sukses menyuguhkan
gambar-gambar apik dan dan colorful, terutama dalam Yes or No 2 yang dishot di
lokasi pertanian kaya warna dan rona-rona ceria.
Selebihnya, bila Anda berminat menyimak film ini, mungkin Anda harus rela hati
melebarkan sudut pandang untuk mencoba melihat dan memahami fenomena keragaman
dan kehidupan di masyarakat dunia dengan lebih lentur. Kisah Kim dan Pie
menyiratkan pesan bahwa, percintaan sesama jenis ini tidak instan, tidak
langsung jadi dan bukan manisfestasi luapan nafsu, melainkan sebuah proses yang
panjang, yang mereka lalui dengan berbagai ujian.